Minggu, 29 Januari 2012

Gerakan Kesetiakawanan Sosial Pemuda Perlu Digalakkan

Negara perlu membangun kembali semangat kepekaan pemuda untuk peduli terhadap masalah bangsa melalui kesetiakawanan sosial nasional. alur paling baik untuk menumbuhkan dan mempertahankan kepekaan pemuda adalah melalui pendidikan dan kebudayaan. Disertai keteladanan, baik oleh pemimpin maupun tetua dalam konteks lingkungan kemasyarakatan. Hal itu mengemuka dalam seminar nasional wawasan kebangsaan dalam rangka hari kesetiakawanan sosial nasional, di gedung university club UGM.
Guru Besar UGM Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp. A(K)., sekaligus ketua tim ahli Pusat Studi Pancasila UGM mengatakan kepekaan kesetiakawanan nasional dan kepekaan terhadap masalah bangsa pada saat ini digerus oleh empat hal, yaitu fundamentalisme pasar, fundamentalisme agama, fundamentalisme kekuasaan negara, dan fundamentalisme geopolitik.
Untuk menimbulkan kepekaan terhadap masalah bangsa, syarat utamanya adalah mempunyai jiwa kebangsaan. Hal ini harus dimulai dengan pendidikan usia dini, remaja, dan pemuda. “Pendidikan karakter dapat dimulai dari kandungan sampai 2 tahun. Tahap ini merupakan pembentukan paling optimal pada pertumbuhan organ tubuh terutama otak dan organ lain. Karakter akan mulai terbentuk setelah itu,” kata dokter spesialis anak ini.

Dia menambahkan, Kesetiakawanan sosial untuk kehidupan bernegara dan bernegara dan berbangsa, saat ini yang ada dan disepakati para pendiri bangsa adalah Pancasila. Oleh karena itu, pembudayaan Pancasila diperlukan untuk semua lapisan masyarakat Indonesia. “Pancasila sebagai dasar negara merupakan pijakan kuat untuk menampung keberagaman bangsa, sekaligus mengarahkan sebagai pedoman berbangsa dan bernegara sekaligus sebagai dasar membentuk kesetiakawanan sosial yang bekarakter Indonesia,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Politikus Ir.Siswono Yudo Husodo sepakat perlu digalakkan kembali gerakan kesetiakawanan sosial ditengah terjadi pelemahan Sense of Decency (kepekaan atas kepatutan) di tengah masyarakat. Akibat patut tidak patut, menjadi kurang penting, karena penghormatan masyarakat paling tinggi pada materi. “Orang melakukan sesuatu yang tidak patut secara terbuka dan terjadi disemua tingkatan,” katanya.
Menurutnya, solidaritas sosial akan tumbuh dalam situasi masyarakat memiliki optimisme akan masa depan bangsanya dan tujuan yang ingin dicapai Negara diterima oleh segenap unsur masyarakat. Namun demikian terkendala oleh merosotnya kualitas kepemimpinan. “Saat ini pemimpin kita lebih mengandalkan pencitraan, bukan prestasi kerja dan melembaga budaya lempar tanggungjawab,” tandasnya.
Kepada wartawan, Ketua Karang Taruna DIY GKR Pembayun menjelaskan puncak hari kesetiakawanan sosial nasional tahun ini dilaksanakan di yogyakarta. Berbagai rangkaian acara yang akan dilaksankan pada puncak hari kesetiakawanan sosial nasional pada 19 Desember mendatang. Berupa acara bakti sosial, donor darah, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis, pembangunana rumah layak huni. (Humas UGM/Gusti Grehenson).
Sumber : http://krisbudi.blogspot.com 

1 komentar: