Kesetiakawanan Sosial atau rasa solidaritas sosial adalah merupakan potensi spritual, komitmen bersama sekaligus jati diri bangsa oleh karena itu Kesetiakawanan Sosial merupakan Nurani bangsa Indonesia yang tereplikasi dari sikap dan perilaku yang dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan tanggung jawab dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan dari masing-masing warga masyarakat dengan semangat kebersamaan, kerelaan untuk berkorban demi sesama, kegotongroyongan dalam kebersamaan dan kekeluargaan.
Oleh karena itu Kesetiakawanan Sosial merupakan Nilai Dasar Kesejahteraan Sosial, modal sosial (Social Capital) yang ada dalam masyarakat terus digali, dikembangkan dan didayagunakan dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk bernegara yaitu Masyarakat Sejahtera.
Tampilkan postingan dengan label kesetiakawanan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kesetiakawanan. Tampilkan semua postingan
Senin, 02 April 2012
Minggu, 01 April 2012
Kesetiakawanan Sosial Versus Masyarakat Konsumtif"
Di mata dunia, bangsa kita sudah lama dikenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban tinggi dengan entitas kesetiakawanan sosial yang kental, tidak tega melihat sesamanya menderita. Kalau toh menderita, “harus” dirasakan bersama dengan tingkat kesadaran nurani yang tulus, bukan sesuatu yang dipaksakan dan direkayasa. Merasa senasib sepenanggungan dalam naungan “payung” kebesaran” religi, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan. ltulah yang membuat bangsa lain menaruh hormat dan respek.
Peristiwa 49 tahun yang lalu, benar-benar menjadi sebuah catatan sejarah yang tak pernah jenuh dibaca dan ditafsirkan. Dengan semangat “Tat twan Asi” (Aku adalah Engkau), rasa setia kawan menjelma dan bernaung turba dalam dada bangsa kita, sehingga mampu merebut kembali kemerdekaan dari keserakahan kaum penjajah.
Peristiwa 49 tahun yang lalu, benar-benar menjadi sebuah catatan sejarah yang tak pernah jenuh dibaca dan ditafsirkan. Dengan semangat “Tat twan Asi” (Aku adalah Engkau), rasa setia kawan menjelma dan bernaung turba dalam dada bangsa kita, sehingga mampu merebut kembali kemerdekaan dari keserakahan kaum penjajah.
Kamis, 22 Maret 2012
catatan tentang KESETIAKAWANAN KELOMPOK
KEJUJURAN adalah tanda bukti keimanan. Orang mukmin pasti jujur. Kalau tidak jujur, keimanannya sedang diserang penyakit munafik.
Suatu ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah mungkin seorang mukmin itu penakut?”
Baginda menjawab: “Mungkin saja.” Sahabat bertanya lagi: “Apakah mungkin seorang mukmin bersifat pengecut?” Rasulullah SAW menjawab: “Mungkin saja.” Sahabat bertanya lagi: “Apakah mungkin seorang mukmin berdusta?” Rasulullah SAW menjawab: “Tidak.” (HR Imam Malik dalam kitab Al-Muwaththa’)
DALAM DUA minggu terakhir ini,kata-kata itu selalu diucapkan kepadaku oleh orang -orang ,temen,sahabat dan team work-ku.
Aku juga diberitahu sebuah penggalan kata-kata yang selalu kuingat dan kupegang teguh dalam tata pergaulanku selama ini DENGAN SIAPA SAJA tak terkecuali...baik BELIAU seorang PEJABAT...atau DIA orang miskin yang PINGGIRAN atau TERPINGGIRKAN...apalagi saya sangat komitmen KEPADA MEREKA...KELOMPOK/TEAMWORK dampingan saya.
KATA-KATA penggalan kalimat itu yaitu JANGAN ADA DUSTA DIANTARA KITA....
Itulah kunci PERSAUDARAAN ....sejati...yang dengan kalimat tersebut berarti kita sebagai kelompok/teamwork dituntut UNTUK BERSIH HATI....tidak mudah IRI,DENGKI,SREI dan BERBURUK SANGKA (curiga tanpa dasar)
Dengan kata-kata itu KITA juga dituntut untuk mempercayai sahabat kita dengan SEPENUH HATI....tanpa tendensi MATERI maupun KEPERLUAN DUNIAWI semata.
Setiap kejadian tentu membawa hikmah yang perlu perenungan untuk mawas diri,dipelajari,dicari kelebihan dan kekurangan diri....BUKAN SALAH ORANG LAIN.....apalagi HANYA mencari-cari ALASAN PEMBENARAN.......diri sendiri karena itu sebuah KESOMBONGAN
Di sinilah pentingnya kejujuran bagi kehidupan. Rasulullah SAW bersabda:
“Berikan jaminan kepadaku dengan enam hal dari dirimu dan aku menjamin surga untukmu: jujurlah jika berbicara, tepatilah jika berjanji, tunaikanlah jika diserahi amanah, jagalah kemaluanmu, jagalah pandanganmu, dan jagalah tanganmu” (HR. Ahmad)
CAHAYA DI ATAS CAHAYA
Ada tiga tingkatan kejujuran :

Suatu ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah mungkin seorang mukmin itu penakut?”
Baginda menjawab: “Mungkin saja.” Sahabat bertanya lagi: “Apakah mungkin seorang mukmin bersifat pengecut?” Rasulullah SAW menjawab: “Mungkin saja.” Sahabat bertanya lagi: “Apakah mungkin seorang mukmin berdusta?” Rasulullah SAW menjawab: “Tidak.” (HR Imam Malik dalam kitab Al-Muwaththa’)
DALAM DUA minggu terakhir ini,kata-kata itu selalu diucapkan kepadaku oleh orang -orang ,temen,sahabat dan team work-ku.
Aku juga diberitahu sebuah penggalan kata-kata yang selalu kuingat dan kupegang teguh dalam tata pergaulanku selama ini DENGAN SIAPA SAJA tak terkecuali...baik BELIAU seorang PEJABAT...atau DIA orang miskin yang PINGGIRAN atau TERPINGGIRKAN...apalagi saya sangat komitmen KEPADA MEREKA...KELOMPOK/TEAMWORK dampingan saya.
KATA-KATA penggalan kalimat itu yaitu JANGAN ADA DUSTA DIANTARA KITA....
Itulah kunci PERSAUDARAAN ....sejati...yang dengan kalimat tersebut berarti kita sebagai kelompok/teamwork dituntut UNTUK BERSIH HATI....tidak mudah IRI,DENGKI,SREI dan BERBURUK SANGKA (curiga tanpa dasar)
Dengan kata-kata itu KITA juga dituntut untuk mempercayai sahabat kita dengan SEPENUH HATI....tanpa tendensi MATERI maupun KEPERLUAN DUNIAWI semata.
PELAJARAN DARI KEGAGALAN
"KEBERHASILAN BUKAN KEWAJIBAN tetapi BERUSAHA untuk menjadi BERHASIL MERUPAKAN KEWAJIBAN ...." Wapres Budiono seperti dikutip KIM PIJAR EMAS
Di sinilah pentingnya kejujuran bagi kehidupan. Rasulullah SAW bersabda:
Selanjutnya, untuk melatih kejujuran ini Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,“Tetap berpegang eratlah pada kejujuran. Walau kamu seakan-akan melihat kehancuran dalam berpegang teguh pada kejujuran, tapi yakinlah bahwa di dalam kejujuran itu terdapat keselamatan.” (HR Abu Dunya)
“Berikan jaminan kepadaku dengan enam hal dari dirimu dan aku menjamin surga untukmu: jujurlah jika berbicara, tepatilah jika berjanji, tunaikanlah jika diserahi amanah, jagalah kemaluanmu, jagalah pandanganmu, dan jagalah tanganmu” (HR. Ahmad)
CAHAYA DI ATAS CAHAYA
Ada tiga tingkatan kejujuran :
- Pertama, kejujuran dalam ucapan, yaitu kesesuaian ucapan dengan realita/kenyataan.
- Kedua, kejujuran dalam perbuatan, yaitu kesesuaian antara ucapan dan perbuatan.
- Ketiga, kejujuran dalam niat, yaitu kejujuran tertinggi di mana ucapan dan perbuatan semuanya hanya untuk Allah.
Ayo...siapa yang tidak jujur ?
Langganan:
Postingan (Atom)