Selasa, 13 Desember 2011

Gara-Gara Pencemaran, 84% Ikan di Surabaya Ganti Kelamin

JAKARTA - Pencemaran air sungai berdampak buruk bagi kehidupan manusia, terutama bagi masyarakat yang mengandalkan air sungai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sadarkah kamu jika tindakan ini juga merusak ekosistem sungai, terutama ikan?

Berdasarkan sebuah penelitian, sekira 84 persen ikan yang hidup di sungai di Surabaya mengalami interseksual alias perubahan jenis kelamin. Menumpuknya sampah plastik di sungai ditengarai menjadi penyebab fenomena ini terjadi.

Untuk itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menggelar seminar berkaitan hal tersebut. Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Ecoton Surabaya, Prigi Arisandi didapuk sebagai pembicara dalam seminar tersebut.

Prigi mengatakan, tingkat pencemaran sungai di Surabaya sudah sangat tinggi sehingga mengakibatkan ikan di perairan tersebut mengalami berbagai kelainan. Mulai dari bentuk kepala yang tidak simetris, gizi buruk pada ikan, hingga yang mengejutkan fenomena interseksual pada ikan.

Dia menyebutkan, manusia menjadi pelaku utama pada kejadian yang menimpa ikan tersebut. "Semua ini karena ulah manusia yang mencemari sungai," kata Prigi seperti dikutip dari ITS online, Rabu (14/12/2011).

Menurut Prigi, banyak faktor yang menyebabkan interseksual pada ikan. Selain sampah, kebiasaan warga buang air besar di sungai, disebut sebagai sebab utama. "Bakteri e-coli pada kotoran manusia mengandung zat berbahaya yang terpaksa dikonsumsi ikan di sungai tersebut. Selain itu, pil KB yang dibuang ke sungai akan sangat mempengaruhi sistem hormonal pada ikan," ujarnya menerangkan.

Selain itu, sampah plastik menjadi musuh besar bagi manusia dan ekosistem di sekelilingnya. Maka, pada kesempatan tersebut, Prigi mengajak para mahasiswa jurusan Biologi ITS untuk berperan aktif dalam menanggulangi permasalahan ini.

Gerakan tersebut, lanjutnya, dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara sederhana namun berimbas besar. "Mahasiswa dapat melancarkan opini-opini kepada pemerintag untuk menanggulangi masalah ini. Atau cara sederhana dengan menyuarakan gerakan ini di radio atau televisi serta menuliskan data konkret dan penelitian, kemudian disebarluaskan," tuturnya.(mrg)(rhs)
 
Sumber :  http://kampus.okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar