Minggu, 18 Maret 2012

Yuk Berwisata Ke Museum

MENGHABISKAN akhir pekan dengan berkunjung ke pusat perbelanjaan menjadi salah satu alternatif selain berekreasi ke objek wisata. Tuntutan melepaskan kepenatan dari pekerjaan sudah menjadi keharusan sekaligus gaya hidup masyarakat metropolitan.


Namun, melewatkan hari libur di mal atau tempat wisata,akan membosankan jika rutin dilakukan tiap pekan. Karena itu, dibutuhkan rekreasi alternatif yang tidak hanya mampu melepaskan penat,tapi juga memberikan edukasi atau pengetahuan baru. Salah satu wisata alternatif yang ditawarkan di Kota Makassar adalah berkunjung ke museum. Objek wisata sejarah ini patut dijadikan pilihan dalam mengisi liburan saat weekend.

Di tempat ini,beragam hal bisa ditemukan yang berkaitan dengan kisah atau sejarah sebuah peristiwa. Koleksi berupa benda atau bukti sejarah yang pernah terjadi pada masa lampau sengaja dipamerkan untuk memberikan kontribusi terhadap pengunjung, baik untuk kepentingan penelitian maupun kepentingan pendidikan. Setiap museum memiliki tawaran koleksi tidak sama.

Apalagi, jika itu menyangkut peninggalan sejarah sebuah kerajaan meski tidak sama, biasanya memiliki keterkaitan cerita satu sama lainnya. Nah, di sinilah peran museum untuk tetap menjaga dan melestarikan nilai sejarah sehingga bisa diketahui orangorang yang hidup di zaman modern ini.Kendati tampilan museum yang dijumpai terkadang terlihat angker, satu yang patut dijadikan perhatian jika mengunjungi mampu menambah pengetahuan soal sejarah.

Museum sebenarnya berasal dari kata Yunani, yaitu mouseion. Nama itu diambil dari nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian.Di beberapa kota besar di Indonesia tidak sulit menjumpai objek wisata sejarah ini,bisa dikatakan rata-rata ibu kota provinsi memilik hal tersebut, termasuk di kabupaten/ kota.

Di Kota Makassar,berbagai upaya sudah dan akan dilakukan agar objek wisata dikunjungi banyak orang.Sebut saja Museum Lagaligo di Benteng Rotterdam. Dalam beberapa tahun terakhir,museum ini berbenah setelah ada campur tangan Pemerintah Pusat melalui pelaksanaan revitalisasi Benteng Rotterdam. Jika memasuki di tiga gedung yang difungsikan sebagai ruang pamer dan kantor operasional, suasananya sejuk dan begitu rapi yang didukung dengan kehadiran ornamen bangunan minimalis.

Pengunjung semakin mudah bisa mengetahui bagian mana saja yang hendak dituju, melalui pusat informasi yang dibuat secara elektronik. Tak hanya itu,pengeras suara di setiap ruang pamer ikut mendukung pengetahuan pengunjung, dengan senantiasa menjelaskan sejarah dan nama jenis temuan atau koleksi yang dipamerkan di ruangan tersebut. Di Musem Lagaligo, tercatat ratusan koleksi unik tersimpan rapi di ruang pamer.

Benda bersejarah itu disimpan berdasarkan jenisnya, seperti koleksi etnografika yang menyimpan koleksi sarung tenun khas Bira asal Kabupaten Bulukumba, pakinangan kuningan emas untuk tempat makan sirih, salakka atau salekko Bugis. Kemudian, koleksi arkeologi menyimpan peralatan berburu dan bertahan hidup jaman dahulu,mulai mata panah bergerigi, kapak corong, serta kapak persegi.

Lalu pada koleksi histroika menyimpan mahkota emas jaman Kerajaan Gowa, keris La Makawa, keris Goncinge,serta lontara Meong Paloe dan lontara Bilang Bone- Gowa, serta masih banyak lagi koleksi lain yang sayang jika tidak dilihat. Semua koleksi di atas bisa dilihat setiap hari hanya dengan merogoh kocek Rp3.000 untuk dewasa dan Rp.2000 untuk anak-anak.

Museum dibuka mulai pukul 08.00 Wita sampai 16.00 Wita. Beda museum beda pula koleksi yang disimpan. Jika di Museum Lagaligo banyak menyimpan sejarah Sulsel, di Museum Kota, pengunjung akan disambut dengan ragam koleksi tentang sejarah kota ini pada masa dulu hingga sekarang. Museum yang terletak di Jalan Balai Kota, menyimpan 1.081 koleksi mulai naskah sejarah, keramik, benda pusaka, patung Ratu Wilhelmina, dan bola meriam.

Museum ini terbilang tua karena telah didirikan sejak 1916. Meski tua, banyak sejarah soal Makassar yang tersimpan di sini. Saat memasuki museum, pengunjung akan disambut dengan koleksi meriam. Kemudian, di beberapa ruangan dapat dijumpai koleksi lainnya.Hanya, kondisinya sangat tidak terawat.

Kebanyakan tidak dilengkapi papan bicara yang berisi informasi lengkap soal apa dan bagaimana benda tersebut. Di ruangan lain,terdapat foto- foto Makassar tempo dulu, patung, dan medali Ratu Wilhelmina. Di ruangan lain terdapat koleksi uang kuno zaman pemerintahan Belanda hingga Indonesia.Keseluruhan koleksi museum ini dominan fotofoto tua mulai bangunan-bangunan yang pernah ada di Makassar hingga kegiatan-kegiatan para pejabat zaman dahulu kala.

Terdapat pula koleksi baju-baju dari beberapa daerah mulai baju adat Makassar, Bugis, China, hingga India. Dokumen- dokumen perjanjian Bongaya,perang Makassar,dan relief-relief yang ditemukan di beberapa daerah. Koleksinya pun banyak diperoleh tidak saja dari hasil temuan, tapi juga banyak titipan dari masyarakat.

Untuk museum Kota Makassar hanya dibuka mulai Selasa hingga Minggu,dengan jadwal penerimaan pagi hingga sore.Kalau di museum sebelumnya pengunjung dikenakan biaya, di sini sama sekali tidak dikenakan. Kendati ada perbedaan,kedua museum ini justru masih diminati banyak pengunjung tidak saja dari wisatawan lokal, tapi juga wisatawan domestik dan asing.

Kepala UPTD Museum Lagaligo Nuryadin menjelaskan, jauh sebelum dilakukan revitalisasi terhadap museum, tingkat kunjungan sudah tinggi. Pada 2010,pengunjung mencapai 36.619 orang, kemudian 2011 dengan hanya beroperasi selama enam bulan sampai Juni, pengunjung mencapai 19.200 orang.

Kalau tidak ditutup untuk kepentingan revitalisasi, jumlahnya bisa lebih tinggi. “Tahun ini kami target kunjungan mencapai 40.000 orang dengan asumsi kondisi museum sudah semakin cantik dan tertata dan ditambahnya beberapa koleksi baru yang dipamerkan,” papar dia. Dia menuturkan,kebanyakan wisatawan yang hadir ke sini didominasi untuk kepentingan penelitian dan pendidikan.

Jika pun ada untuk rekreasi, jumlahnya masih terbilang minim. Untuk wisatawan asing juga banyak rata-rata dari Eropa, seperti Belanda. Perubahan fisik terhadap bangunan museum membuatnya kian optimistis mampu mencapai target kunjungan dan pendapatan asli daerah. Sementara itu, ketika disinggung besaran alokasi dana untuk merevitalisasi museum,dia berkelit jika semuanya satu paket dengan benteng.

Di sisi lain,Kepala Museum Kota Makassar Nurul Chamisany menguraikan, tingkat kunjungan ke museum 2010 sebanyak 4000 pengunjung dan pada 2011 mengalami peningkatan, meski tidak signifikan. Peningkatan itu dipengaruhi kerja sama yang dibangun dengan media untuk mengajak anak sekolah berkunjung ke museum. “Program ini sangat membantu kami mengajak orang ke museum. Sebab, mampu mendatangkan 200 sampai 250 siswa setiap pekan sejak diterapkan pada tahun lalu,”ungkapnya.

Kendati program itu ada,dikatakan Nunu, sapaan akrab Nurul Chamisany, banyak faktor sebenarnya yang membuat orang belum memilih museum sebagai tempat kunjungan wisata. Selain faktor sosialisasi yang minim,juga faktor kenyamanan mereka bisa berlamalama di sana akibat kondisi bangunan yang tidak terawat.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel Suaib Mallombasi mengungkapkan, dilakukannya pembenahan terhadap museum sebagai salah satu faktor meningkatkan PAD di sektor itu serta mendukung program Pemerintah Pusat sebagai tahun kunjungan museum.

Sumber : http://www.seputar-indonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar