Kamis, 26 Januari 2012

Hikmah Kesetiakawanan yang Mulai Terlupakan…..

A. Pengertian Kesetakawanan Islam
Kesetiakawanan kata dasarnya setia dan kawan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Setia artinya Patuh, Taat, Tetap dan Teguh Hati. Dan Kawan artinya Teman, Sahabat, Pengikat. Setiakawan artinya perasaan bersatu, sependapat dan sekepentingan dalam persahabatan.




Arti Kesetiakawanaan dalam Islam yaitu perasaan bersatu dalam persahabatan sesama manusia, istilah persahabatan dalam Islam biasa disebut Ukhuwah Islamiyah.
Firman Allah SWT :
“ Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudara.” (QS.Al-Hujarat : 10)
“ Dan perpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudar, dan kamu telah berada di tepi jurang nerak, lalu Allah menyelamatkan kamu dari pada-Nya, demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada mu agar kamu mendapat petunjuk.” ( QS. Ali Imron :*103)
“ Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal dan mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu, sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.” (QS. Al-Hujarat: 13)
Ayat-ayat tersebut diatas memberi petunjuk kepada kita bahwa kesetiakawanaan merupakan salah satu ajaran islam yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia itu adalah mahluk sosial sekaligus mahluk individu.
B. Peranan Kesetiakawanan Sosial
Setiap manusia menginginkan terpenuhinya kebutuhan hidup, baik berupa materi seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, kendaraan dan sebagainya. Maupun non materi seperti : hiburan, ketenangan, keamanaan bahkan mungkin penghargaan dari orang lain.
Demikianlah seterusnya, tidak pernah berhenti dan merasa puas. Demikian itu adalah sifat wajar karena manusia mempunyai nafsu. Yang perlu diperhatikan adalah cara memperoleh harta benda itu, jangan sampai dengan cara haram, merugikan orang lain bahkan mengorbankan orang lain. Kemudian cara memanfaatkan harta benda itu dengan cara yang benar dan halal, maka usaha itu perlu diteruskan. Jika sebaliknya maka harus dihentikan. Jika usaha itu berhasil manusia wajib bersyukur, karena rejeki itu telah Allah SWT berikan kepadanya.
Namun perlu disadari bahwa rejeki hasil kerja keras yang berupa harta benda itu diperoleh dengan sebab adanya keterlibatan atau bantuan orang lain. Salah satu bentuk kesetiakawanan sosial itu dengan memberikan sebagian hartanya kepada orang lain sebagai perwujudan kasih sayang kepada semua manuasia. Oleh karena itu harta yang diperoleh itu didalamnya sebagian ada hak orang lain, untuk dikeluarkan (diberikan) dalam bentuk zakat mal / harta untuk infak, sedekah, jariyah dan lainnya.
Firman Allah SWT:
“ (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka.” ( QS.Al-Baqarah :3)
“ Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa pelanggaran.” ( QS. Al-Maidah : 2)
Rasulullah SAW bersabda :
“ Dan barang siapa memberikan jalan keluar kepada sesama muslim dari problem hidup, maka Allah akan berikan jalan keluar baginya dari kesulitan dihari kiamat.” ( HR. Bukhari dan Muslim)
Keserasian hubungan manusia dengan penciptanya harus selalu diwujudkan. Islam meyakinkan kepada manusia bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini adalah milik dan ciptaan Allah SWT. Maka manusia akan bersedia dan penuh keihlasan melaksanakan tugas yang diperintahkan Allah SWT kepadanya dan dengan penuh keihlasan pula menjauhi larangan-Nya.
Memang jika dipandang sepintas lalu, semua perintah Allah SWT adalah merupakan beban yang berat dan semua larangan-Nya merupakan penghalang manusia untuk menikmati kelezatan dunia secara bebas. Anggapan manusia tersebut dimungkinkan oleh karena keterbatasan pengetahuan manusia, sehingga mereka tidak mengetahui bahwa perintah yang mereka anggap beban dan larangan yang mereka anggap penghalang itu sebenarnya cermin rahmat Allah SWT pada manusia.
Firman Allah SWT :
Boleh jadi kamu benci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.” ( QS, Al-Baqarah : 216)
Kehidupan ini tak selamanya sejalan dengan apa yang diinginkan oleh manusia. Suatu ketika manusia menderita sakit, mengalami sesuatu yang menakutkan, dan pada saat yang lain mendapatkan kegembiraan dan kesenangan. Kejadian yang demikian menunjukkan bahwa manusia memerlukan pelindung, memerlukan tempat memohon dan memerlukan tempat berterima kasih, manusia sangat tergantung kepada manusia lainnya .
Oleh karena itu hubungan antar manusia perlu diatur, agar tidak terjadi benturan-benturan yang tidak diinginkan. Islam telah memberi tuntutan dalam hal-hal yang berkaitan dengan kesetiakawanan sosial. Islam mencanangkan kehidupan yang harus lebih mengutamakan kepentingan bersama dari pada kepentingan diri sendiri sebagaimana yang telah di contohkn oleh Rasulullah SAW. Beliau telah mampu menciptakan hubungan harmonis antar kaum Muhajirin dan kaum Anshor.
Firman Allah SWT :
“ Dan mereka mengutamakan orang-orang muhajirin atas diri mereka dalam kesusahan.” (QS.Al-Hasyr : 29)
Dalam upaya menanamkan kesetiakawanan sosial kita perlu membiasakan diri menginfakan atau memberikan sebagian rezeki yang kita peroleh, sekalipun rezeki itu dirasakan sedikit. Kemudian memberikan santunan kepada fakir miskin, kaum tua/ jompo, mengangkat anak asuh, memberikan bantuan kepada orang yang sedang menuntut ilmu dan sebagainya.
C. Peran kesetiakawanan dalam hidup bermasyarakat.
1. Dapat menumbuhkan persaudaraan
2. Menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat
3. Dapat menggalang persatuan dan kesatuan
4. Kehidupan yang aman dan tentaram
5. Terwujudnya kehidupan yang sejahtera
6. Memperkokoh persatuan seagama dalam kalangan umat Islam.
Semoga di bulan suci Ramadhan ini nilai kesetiakawanan lebih meningkat di masyarakat Indonesia sehingga makin memperkokoh nilai persatuan dan kesatuan .
Wallahu a’lam bishawab

Sumber : http://sosbud.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar